Langsung ke konten utama

Bercerita: (Bukan) Ketinggalan Kereta



    Terpisah 253 km dari rumah menuntutku memutuskan: mau pulang kampung naik apa? Beberapa kali perjalanan pulang-pergi, kereta api menjadi transportasi favoritku. Kereta api sendiri menawarkan beberapa pilihan jam dan kelas: ekonomi, bisnis, dan eksekutif. Maka kali ini aku akan menceritakan salah satu kisahku dan kereta api, kelas eksekutif    Saat itu aku tengah berencana kembali ke pesantren setelah pulang untuk mengambil berkas SMA. Selama di rumah, aku terus memantau jumlah tiket yang tersisa. Pada hari terakhir terbesit dalam benakku untuk mengambil kelas eksekutif. Sekali-kali, pikirku. Ditambah lagi tawaran harga miring dengan pembelian tiket 'dadakan'. Dua jam sebelum keberangkatan. Aku kembali mengecek jumlah tiket dalam aplikasi. Tersisa cukup banyak. Tidak terlalu beresiko untuk membeli dadakan. Rencanaku pun telah bulat. Siap dieksekusi.

    Keesokan harinya, aku sudah mempersiapkan segala hal dengan baik. Tepat dua jam sebelum keberangkatan aku sudah tiba di stasiun. Dan, ya, I got the ticket! Aku ditemani sepupuku saat itu, menghabiskan dua jam sebelum keretaku datang. Ruang tunggu saat itu tidak begitu ramai. Kami mengobrol dari ujung timur hingga barat. Selatan ke utara. Asyik sekali kami berbincang. Kami sengaja duduk dekat pengeras suara agar mendengar dengan jelas pengumuman dari staf stasiun. Aku mengecek arloji. Aku pun terhenyak. Jam menunjukkan pukul 11.15. Tiketku menunjukkan jam keberangkatan 11.13. Aku kemudian berdiri melihat sebuah kereta api perlahan meninggalkan stasiun. Terpampang nama yang sama di badan kereta dengan yang tercantum di tiketku. Aku terdiam. Bayangan seluruh fasilitas kereta api eksekutif buyar seketika. Dan terngiang celetukan Abahku pagi itu sebelum berangkat, "Mahasiswa kok naik kereta eksekutif." Seluruh penyesalan, 'seandainya', dan 'jatukno' memenuhi kepalaku.

    Ketinggalan kereta adalah diksi yang biasanya dikaitkan dengan orang yang setiba di stasiun kereta telah berangkat atau bahkan sebelum tiba di stasiun. Sedangkan aku bahkan ikut menunggu. Bukan ketinggalan kereta, melainkan aku hanya telah membiarkan keretaku pergi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Notes #1

  Adakah yang lebih sendu dari malam temaram yang kau nikmati bersama gugusan bintang? Tanpa secangkir kopi. Sendu yang dingin karena angin menertawai kehampaanmu. Melihat bayang-bayang gerak benda yang senada dengan lagu yang kau putar sekarang. Lagu sendu pula. Dirimu yg diliputi perasaan sedih tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Kau menatap langit yang tak kunjung menjelaskan kepadamu. Tapi setidaknya kau tahu cahaya lembut rembulan mengisyaratkan kau untuk tetap tenang. Tanpa lagi merasa risau. Pejamkanlah matamu dan melayanglah menujunya. 06/09/2017 nazifaal_amin Pict source: https://themighty.com/wp-content/uploads/2016/11/ThinkstockPhotos-503458062-640x213.jpg?v=1478201713

Sulung

Sulung atau ‘mbarep’ adalah sebutan untuk anak pertama. Pasti ada jutaan sulung di luar sana. Aku, salah satunya. Sulung selalu dianggap menampung. Menampung kisah keluarga dari titik nol hingga sepuluh. Menampung keluh sebagai telinga terdekat dari orang tua. Menampung ‘tudingan’ kesalahan-kesalahan kecil adik-adiknya. Menampung tanggung jawab paling besar. Menampung kepercayaan paling utama. Bahkan, hingga menampung tangisnya sendiri, agar tidak disangka lemah oleh adik-adik yang berlindung kepadanya.  Aku sendiri pernah iri. Iri dengan adik yang selalu menerima semua inginnya. Iri karena harus mengalah. Iri karena menjadi sulung harus lebih mengerti. Iri, mengapa yang lain tidak. Tapi semua itu hanya selebat pikiran di masa kecil. Di saat sulung belum menemukan jati dirinya.  Di saat aku mulai menyadari, memahami, belajar, kemudian justru aku merasa paling bahagia menjadi sulung. Atas kehadiran dua orang adik yang sering menyebalkan tapi begitu menyentuh ketika di suatu wak...

Ter- olehmu

Tertegun. Tersanjung. Tersenyum. Terbuai. Tersipu. Terhanyut. Terbiasa. Terdiam. Terantuk. Teraduh. Terpeleset. Tersungkur. Terjebak. Tertepikan. Tersisihkan. Tertinggalkan. Terhindarkan. Terasingkan. Tergantikan. Terlupakan. dan aku kini: Tertawa (pic source: pinterest)