Kupandang dengan jelas melalui jendela kaca yang bisu ini. Jendela bisu yang bicara. Ia bicarakan tentang ciptaan Tuhan yang tak pernah berbatas untuk dikagumi. Ia sampaikan pesan kekagumannya kepada mata yang memandang dengan membiarkan cahaya melintasi dirinya.
Langit pun. Ia menari dalam perjalanannya. Bersama ribuan burung yang turut meramaikan dirinya. Kecantikan langit berhiaskan awan putih serta luas dirinya yang tiada mampu mata memberi batas membuatku kembali lagi merasa kecil.
Pohon-pohon hijau itu. Ia selalu berdiri tegar di sana. Seperti kesabarannya tak pernah sedikitpun terlewatkan. Ia tumbuh bersama pertambahan waktu, namun ia tak pernah mengeluh. Bahkan seringkali ia membisikkan keteduhan dalam hati manusia yang terkadang tertutup oleh terik kebencian.
Burung-burung yang terbang dengan riangnya. Riang yang tak bisa ku jelaskan mengapa dan bagaimana. Ia terus saja bahagia walaupun entah hatinya bisa saja dalam kesedihan. Mereka tetap menampakkan diri dengan segala syukur atas hidupnya. Sedangkan diriku seringkali mengandaikan untuk mampu mengepakkan sayap sepertinya padahal tak mengerti perjuangan dalam hidupnya.
Percayalah. Apapun dan bagaimanapun dunia berkata, dunia berubah, mereka adalah makhluk makhluk yang selalu memanjatkan tasbih kepada Tuhannya. Mereka tak sedikitpun putus asa atas yang dikehendakkan kepadanya. Mereka justru menebar kebaikan, mengajarkan kepada siapa saja untuk selalu bahagia, bersabar, dan bersyukur. Pemberian mereka itulah memunculkan doa doa baik untuknya hingga terwujud pula apa yang disemogakan kepada mereka. Tuhan dekat kepada siapapun yang yakin akan itu. Kata jauh bukanlah karena Tuhan yang menjauh, melainkan diri kita sendiri yang melangkah pergi. Kembalilah. Tuhan pasti menerima kita untum dekat kembali kepada-Nya.
Komentar
Posting Komentar